‘Bu
dona ijinkan saya ngent*tin bu dona’, bisiknya pelan sambil menarik
rokku keatas. Aku kaget mendengarnya, tetapi tenagaku tidak cukup kuat
melepaskan kuncian tangannya. ‘Pak..jangan
jangan kasihani aku’,
****
Perkenalkan namaku dona, 26 tahun, masih single, aku bekerja sebagai seorang guru SD di Jakarta. Hobiku adalah masturbasi sambil menghayalkan pria pujaanku, fantasi-fantasi liar sering kali tidak dapat kubendung, apalagi semenjak aku jomblo hampir setahun ini. Dan beginilah, belakangan ini jika sedang horny aku tidak kenal tempat untuk memuaskan gejolak birahiku. Balik ke cerita tadi…Sangkin nikmatnya masturbasi di toilet sekolah, aku sampai tidak menyadari kalau pintu toilet meski kututup tapi tidak kukunci. Aku semakin tidak peduli, yang kutahu aku harus memuaskan birahiku yang sedang terbakar, kucoba menahan desahanku, meski terkadang terlepas juga desisan desisan kecil dari bibir tipisku.
“sshh..emhhh”,
desisan kecil sesekali kelaur dari bibir tipisku. Aku membayangkan
bercinta dengan pak Oki, guru olah raga baru disekolah tempatku bekerja,
pak Oki sungguh tampan dan tubuhnya yang sangat kekar, tadi siang aku
memperhatikannya yang sedang memberi petunjuk cara meregangkan otot
kepada murid kelas 6 SD. ototnya begitu keakar, belum lagi ada tonjolan
yang menggelembung di antara pahanya. Terus terbayang-bayang, aku jadi
ga kaut lagi menahan birahiku sampai akhirnya berujung di toilet sekolah
ini ketika jam pelajaran berakhir dan sekolah sudah sepi. Aku
membayangkan bercinta dengan pak Oki di toilet ini, dia memompa
k*ntolnya yang besar di vaginaku dari arah belakang, tubuhnya mendorong
tubuhku sehingga aku terpaksa menahan tubuhku di tembok toilet dan
sedikit menungging.
Aku
mempraktekkannya seolah-olah semuanya nyata, satu tanganku bertopang di
dinding dan yang lain membelai klitorisku dari depan. ‘uuuh pak oki’,
desisku pelan. aku terus mengejar kenikmatan, keringatku mulai keluar
dari atas keningku. Tidak lama aku merasa hampir tiba di ujung
kenikmatan itu, namun tiba-tiba, ‘braaak’, pintu toilet tiba tiba
terbuka. ‘bu dona’, kata orang yang berdiri di depan pintu toilet dengan
mata yang tidak berkedip sedikitpun melihatku. Aku tersentak kaget,
‘pak parman ehhhh…’, kataku kaget ketika melihat pak parman, cleaning
service sekolah yang umurnya sekitar 40 tahun. Sangkin kagetnya dan
tidak tau berbuat apa aku jongkok merapatkan kakiku sangkin kagetnya,
namun tanganku masih berada diantara selangkanganku, aku begitu kaget
sampai luapa menarik tanganku. ‘pak parmaan keluar’, kataku dengan suara
pelan. Wajahku pucat sangkin takut dan malunya.
Kurang
ajar benar dia, bukannya keluar tapi malah cepat-cepat masuk dan
menutup pintu kamar toilet dan menguncinya. ‘ngapain pak… keluar,’
perintahku dengan tetap berjongkok sambil merapikan rok ku ke bawah yang
tadinya tersingkap sampai ke pinggul. ‘Bu dona’, kata parman sambil
mendekatiku dan mendekap tubuhku. Aku bertambah kaget, tapi aku tdak
berani berteriak, aku takut ada orang yang mengetahui kalau aku
masturbasi di toilet sekolah. ‘jangaan pak’, kataku berusaha melepaskan
dekapannya, kugeser tubuhku untuk melepaskan diri dari dekapannya, namun
dia tetap mendekapku sampai aku menabrak dinding. ‘jangan paak’, kataku
takut, dia tidak mendengarkanku, bahkan dia mendekatkan wajahnya dan
menciumi leherku, ‘jangaaan’, kataku lagi.
Melihat
parman yang begitu beringas dengan nafas mendengus dengaus menciumi
leherku dan tangannya mulai meraba raba buah dadaku. Aku menyadari kalau
aku terjebak, aku berusaha melawan, dengan sekuat tenaga aku dorong
tubuhnya, berhasil, dia terjatuh di lantai toilet.
Aku
langsung mengambil kesempatan, berdiri ke arah pintu, namun ketika aku
mencoba membuka grendel pintu toilet. Tanganku tertahan oleh tangan
parman yang kekar, ‘lepaskan’, kataku, namun parman yang sudah kesetanan
itu tidak mendengarkanku, dia malah memutar tangan kananku ke belakang
tubuhku dengan paksa, tangannya yang lain menahan tangan kiriku
didinding. Aku terjebak, tenaganya kuat sekali, tubuhku seperti terkunci
dan tidak bisa bergerak,
‘pak parmman jangan…sakit..lepaskan’, kataku memohon dengan suara memelas.
‘bu dona… biarkan aku…’, katanya didekat telingaku, dengusan nafasnya sampai terasa menerpa telingaku.
“ahhh
lepaskan’, aku memohon lagi begitu mengetahui tubuh kekarnya menekan
tubuhku kedinding. Aku sangat takut, ketika merasa ada benda yang keras
kenyal menabrak bokongku.
‘ahh k*ntolnya udah tegang, dia akan memperkosaku’, jerit batinku
Aku
semakin memberontak berusaha melepaskan kuncian tangannya yang menahan
kedua tanganku. ‘sebaiknya bu dona jangan berisik, nanti ada orang yag
dengar, biarlah saya dipukuli orang tetapi saya akan cerita ke semua
orang kalau ibu dona masturbasi di kamar mandi’, katanya mengancam, aku
mengurangi perlawananku, ancamannya begitu mengena. Apalagi di sekolah
aku dikenal sebagai wanita anggun yang berkarisma. Aku menghentikan
perlawananku…berpikir sejenak.
Kesempatan
itu tidak disia siakannya, tangan kananku diletakkan keatas merapat
didinding bersatu dengan tangan kiriku, dengan tangan kirinya dia
menahan kedua tanganku.
‘jangan
paak, kumohhhon jangaan’, aku memelas kepadanya. Tapi sia-sia, tangan
kanannya sudah bebas meraba raba buah dadaku, dia memeras buah dadaku
keras sekali. Ingin rasanya menangis tetapi aku takut malah ada yang
dengar.
“aahh
bu dona..toked bu dona gede banget emmhh’, kata-kata kotor yang memuji
keindahan tubuhku keluar dari mulutnya. Kurang puas meraba buah dadaku
yang masih ditutupi kemeja, dia menarik kemejaku keatas melepaskan dari
dalam rokku. Tangannya yang kasar mulai terasa meraba raba perutku, ‘ammpuun pak lepaskan’, kucoba lagi memohon ketika dia mulai memeras buah dadaku.
‘emmh
bu dona, gede banget toket bu dona”, katanya lagi dengan berbisik dari
belakang, dengusan nafasnya yang berderu menandakan dia sangat bernafsu.
Dan aku bisa merasakan penisnya sudah sangat keras sekali menabrak
nabrak pantatku. Ini semua menandakan dia benar benar sudah sangat ingin
menyetubuhiku.
‘Bu
dona ijinkan saya ngent*tin bu dona’, bisiknya pelan sambil menarik
rokku keatas. Aku kaget mendengarnya, tetapi tenagaku tidak cukup kuat
melepaskan kuncian tangannya.
‘Pak..jangan
jangan kasihani aku’, kataku memelas. Sepertinya apapun yang kukatakan
tidak dapat membendung nafsu setannya, sejenak tidak kurasakan tangan
kanannya meraba raba tubuhku.
Penasaran apa yang dilakukannya. aku menoleh ke belakang dan alangkah kagetnya..
‘oooh
jangan pak’, aku panik ketika melihat ke belakang dia mengeluarkan
k*ntolnya, meski tidak begitu jelas aku bisa melihat penisnya yang besar
dan hitam legam sudah keluar dari sarangnya. Belum hilang rasa kagetku,
Parman menekan tubuhku merapat kedinding, aku merasakan benda kenyal
dan keras mengesek dan menabrak pantatku.
‘Aduuh
pantat bu dona montok banget’, katanya meremas remas pantatku. Aku
terkaget, aku baru teringat jika ketika masturbasi tadi aku melepas
celana dalamku dan celana dalamku masih tergantung di pintu toilet.
‘Gawat
neh’, pekikku dalam hati mengetahui bokongku tidak dibaluti kain
sedikitpun. Pasti dia dengan mudah mencari sasaran tembaknya apa lagi
vaginaku udah mengeluarkan cairan karena masturbasi tadi, aku menjadi
panik kembali, aku takut membayangkannya. Kucoba lagi memberontak, tapi
tetap sia sia.
Aku
pasrah, rasanya tidak mungkin lepas, kurasakan ada benda kenyal sedang
menggesek gesek belahan vaginaku yang licin seperti mencari cari
sasaran. Akhirnya benda itu berhenti tepat di mulut lubang vaginaku
setelah mendapatkan sasaran tembak, k*ntol parman sudah berada tepat di
depan mulut vaginaku, aku sungguh tidak berdaya.
‘Pak parman ampun pak’, kataku memohon lagi menyadari dalam hitungan detik k*ntolnya akan segera masuk kedalam tubuhku.
‘Bu
dona udah lama saya pengen giniin bu dona, bu dona seksi banget’,
katanya, dan tiba tiba kurasakan k*ntolnya mulai masuk, aku panik
mencoba melawan sengan sisa sisa harapanku, bukannya terlepas tapi malah
karena gerakan tubuhku k*ntol itu malah terbenam masuk ke dalam lubang
vaginaku,
‘aaaah
tidaaak’, pekikku dalam hati ketika kurasakan k*ntolnya terasa terbenam
memenuhi vaginaku. Aku menarik nafas, ingin rasanya menangis.
Sungguh
sial, vaginaku yang sudah basah ketika aku masturbasi tadi malah
memudahkan batang itu masuk, tetapi kupikir itu lebih baik, jika tidak
mungkin vaginaku bisa lecet karena ada benda yang memaksa masuk, tapi
berkat cairan yang sebelumnya memang udah membanjiri vaginaku membuat
k*ntol parman yang besar itu pun masuk perlahan menggesek dinding lubang
vaginaku perlahan.
‘emmmh
bu dona, vagina bu dona enak banget, ooohhh’, desahnya didekat
telingaku ketika k*ntolnya dibenamkan sedalam dalam mungkin dan terasa
menyentuh rahimku,
‘Ya
ampuuun panjang banget k*ntol laki laki ini, ampuuun’, pekikku dalam
hati. Aku berharap k*ntol itu udah mentok karena terasa sangat keras
menabrak rahimku dan terasa sedikit perih karena jujur aja belum pernah
ada benda sebesar itu masuk ke vaginaku. Ketika batangan itu amblas, aku
terdiam, antara bingung, takut, takjub, nikmat dan kaget. Semuanya
berkecamuk dikepalaku… aku benar benar terdiam, tidak bergerak.
Aku
pasrah, tidak mengeluarkan sepatah katapun, tidak kusangka khyalanku
bercinta di toilet sekolah, dan disetubuhi dari belakang kesampean juga,
tetapi bedanya bukan dengan pak oki dan aku tidak menginginkan ini
terjadi. Tapi kenyataannya, laki laki yang sedang mendesah desah
dibelakangku, yang sedang membenamkan batangannya di lubang surgaku yang
berharga adalah pegawai kebersihan alias cleaning service di sekolah
kami.
Kenyataan yang harus kuterima, parman sedang menikmati vaginaku, menikmati memompa penisnya keluar masuk di lubang kemaluanku.
‘oooh bu dona…ohhh enaknya’, desah parman ga karuan berkali kali
‘emmmh’,
aku mendesis kecil, meski aku tidak suka tapi tiba-tiba aku merasakan
rasa nikmat meski tersamar oleh rasa takutku. Parman terus mengocok
k*ntolnya tanpa henti, begitu dalam melesak masuk di lubang vaginaku.
Kedua tanganku masih ditahan oleh tangannya yang kekar di dinding
toilet.
‘oooh
ya ampppuuun k*ntolnya teraasa banget’, teriakku dalam hati. Ketika aku
mulai tenang, aku menyadari kalau k*ntol parman memang besar dan keras
sekali, gesekan dan tusukan k*ntolnya begitu mantap memenuhi lubang
vaginaku. Terasa banget ada benda yang mengganjal selangkangku, mulai
menebarkan rasa nikmat yang menjalar diseluruh tubuhku.
Diam
diam aku mulai menikmati diperkosa pria ini, tiap kali dia menggerakkan
batang k*ntolnya, darahku berdesir, sungguh luar biasa nikmat yang
kudapat. Ketika dia menancapkan penisnya kembali ke dalam liangku, aku
mendesis pelan, kucoba tidak mengeluarkan suara, aku terlalu sombong
untuk mengakui kalau batangan itu sungguh memberikan kenikmatan padaku,
tetapi tetap saja desisan kecil keluar dari bibirku.
‘mmmh mmmmh’, desisku pelan.
‘enakkan bu?, katanya tiba tiba.
Ternyata
dia mengetahui kalau aku mulai menikmati tusukan k*ntolnya. Aku terdiam
malu, tidak berani berkomentar, kalau kubilang tidak atau memaki
makinya, dia pasti tahu aku bohong karena vaginaku sudah mengeluarkan
banyak cairan yang menandakan aku juga terangsang dan menikmati enjotan
k*ntolnya. Aku menundukkan kepalaku dan mencoba menghindari ciuman
bibirnya yang mengecup pipi kananku.
‘Tunggingin dikit bu dona’, katanya sambil menarik pantatku keatas.
‘Kurang ajaaar… berani beraninya dia malah menyuruhku menungging’, umpatku dalam hati.
Tapi
aku tidak punya pilihan selain menuntaskan birahinya secepat mungkin,
dan berharap agar semuanya secepat mungkin berakhir. Aku ikuti saja
kemauannya dengan menunggingkan sedikit pantatku.
‘emmh
pantat bo dona memang montok banget, ga salah apa yang aku khayalin
selama ini’, katanya sambil meremas remas bokongku gemas.
‘Gila, ternyata aku sudah lama jadi fantasi laki laki ini’, pikirku dalam hati.
Merasa posisiku sudah siap, sambil tangan kirinya menahan pinggulku, dia kembali menggerakkan k*ntolnya kembali.
‘emmh
pak pelan’, kataku ketika kurasakan penetrasi k*ntolnya terasa lebih
dalam dari sebelumnya,mungkin karena aku menunggingkan pantatku sehingga
posisi vaginaku benar-benar bebas hambatan.
Parman tidak memperlambat kocokannya, dia malah mempercepat, aku mulai mendesah-desah pelan masih menjaga sikapku,
‘emmh emmmh’, desisku pelan merasakan gesekan batangannya di lubang vaginaku.
Melihat
tubuhku yang terdorong dorong kedepan, parman sepertinya sengaja
melepaskan kedua tanganku sehingga aku dapat menahan tekanan tubuhnya,
dengan kedua tanganku bertopang pada tembok.
‘emmmh
gila seret banget’, erangnya. Kini kedua-tangannya meremas remas
bokongku yang bulat padat sambil tidak berhenti mengocok k*ntolnya.
‘ooh bu oooh’, parman semakin keras mendesah, aku jadi takut kalau-kalau ada orang yang mendengar desahannya itu.
“pak parman..ja..jangan berisik pak..”, kataku memohon takut desahannya didengar orang.
‘I..i..iya bu emhh abis enak banget’, katanya pelan dengan nafas menderu.
Kocokan
k*ntolnya terasa semakin cepat. Kurang puas meremas-remas bokongku, dia
menguakkan belahan pantatku. dan kurasakan satu jarinya membelai
anusku. Kontan aja aku menggeliat, pantatku bergoyang ke kanan ke kiri
karena kegelian.
‘oooh
pak parman..oooh’, aku bukan lagi mendesis tetapi desahan mulai keluar
dari bibirku, rasa nikmat yang tercipta dari kocokan k*ntol parman
ditambai gesekan jarinya yang membelai anusku seperti racikan yang pas
membuat aku lupa diri, dan membuatku tidak dapat membendung desahanku.
Hebat sekali, rasanya aku mulai benar benar menikmati semua ini, tubuhku
terasa sangat geli, kenikmatan rasanya menyebar diseluruh tubuhku.‘oooh
ahhh’, aku semankin menggila desahanku bertambah keras saja, parman
bukan saja hanya membelai anusku dengan jarinya tetapi memasukkan satu
jarinya ke anusku dan menusuk nusuk jarinya ke anusku, refleks pantatku
semakin kutungingin, tiap kali dia menarik k*ntolnya dia membalasnya
dengan menusukkan jarinya ke anusku. Jujur saja terlintas dibenakku
untuk melakukan anal sex dengan pak parman, seperti yang dulu pernah
kulakuan dengan pacarku.
Parman semakin mengerang tak karuan, tidak kuhiraukan lagi apa yang dikatakan parman, rasanya aku sudah mau orgasme.
‘saya
mau keluar..ahh bu dona’, kudengar samar samar erangannya, namun tidak
kupedulikan karena aku juga merasa sudah mau orgasme.
‘ooh
emmmh oooh’ desahku lebih keras, kurapatkan tubuhku kedinding, parman
mengikuti tubuhku dan menekan keras keras k*ntolnya kedalam vaginaku,
bahkan dia menusuk jarinya sampai amblas didalam anusku
‘ahhhh
setaaan kau parmaaaaan’, lirihku panjang, aku orgasme, aku tidak dapat
menahannya, sungguh luar biasa aku bisa orgasme ketika diperkosa.
Kutelan
air liurku menikmati sisa kenikmatan, masih kurasakan penis parman
memenuhi liangku, tetapi tidak kurasakan lagi jari parman di anusku,
kedua tangannya memegang pantatku dan memompa k*ntolnya dengan ganas.
‘oooh
bu dona oooh’, tiba tiba parman mengerang keras dan menekan tubuhku
keras, aku kaget menyadari dia mau orgasme, tapi terlambat, diringi
erangannya, k*ntol parman sudah menyemburkan sperma hangat menyirahi
rahimku. Berkali kali dia mengehentakkan penisnya dalam-dalam membuat
tubuhku terdorong ke tembok.
‘ooooh
emmmh’, entah kenapa aku ikut menikmati sensasi ketika parman orgasme
di liangku, denyutan-denyutan kecil batang k*ntolnya terasa di sinding
lubang vaginaku ketika cairan hangat spermanya berhamburan keluar
menyirami lubangku.
‘Ahhh
apa yang kulakukan? Parman orgasme di vaginaku’, pekikku dalam hati.
Aku tersadar kembali, kurapatkan tubuhku kedinding dan menarik nafasku,
aku teringat kalau aku memang sudah mau haid, aku hanya bisa berharap
spermanya tidak membuahi telur dirahimku.
‘ahh
bu dona emmh’, dia mencoba mencium pipiku tapi kudorong dengan mata
melotot. Melihatku protes, dia segera merapikan pakaiannya tanpa
membersihkan k*ntolnya yang masih dilumuri cairan vaginaku.
‘Cepat
keluar pak’, kataku dengan suara lantang sambil merapikan posisi rokku.
Parman tanpa berkata apa apa langsung keluar dan kukunci pintu toilet.
Aku langsung membersihkan kemaluanku dari cairanku sendiri dan sperma
parman yang mengalir keluar,
‘gila..banyak banget spermanya’, umpatku dalam hati.
Aku
mengenakan celana dalam dan merapikan baju yang kukenakan. Aku
mengendap endap keluar toilet dengan hati berdebar, takut ada orang yang
mengetahui apa yang terjadi tadi di toilet. Suasana sekitar sekolah
sepi, memang saat itu sudah hampir jam 4 sore. Dengan hati berdebar aku
memasuki ruangan guru, kulihat kepala sekolah dan 2 orang guru belum
pulang mereka lagi sibuk dengan urusan masing masing. Aku sedikit
bernafas lega meski perasaan kotor masih ada dipikiranku. Dan sore itu
aku pulang kerumah dengan perasaan yang tidak menentu antara malu,
takjub dan takut.
0 Komentar