“Pak.. Saya mohon, Hanya digesek saja.. tidak lebih” Pinta-ku yang panik ketika melihat penis kecil Pak Simon semakin mendekati vagina-ku.
****
Perkenalkan, namaku Zaskia. Orang tua-ku memang sudah membiasakan-ku untuk mengenakan hijab semenjak kecil. Walaupun mengenakan hijab, aku merupakan tipe wanita yang tidak bisa ketinggalan mode. Oleh karena itu aku selalu memperhatikan penampilan-ku, mulai dari pakaian mode terbaru sampai merawat tubuh.
Sebagai
wanita normal, aku merasa senang apabila penampilanku membuat orang
lain atau lawan jenis memperhatikanku dan memujiku. Tetapi aku bukanlah
wanita nakal atau murahan, membuat diriku menjadi pusat perhatian
memberikan-ku kepuasan tersendiri dan menjadi lebih percaya diri.
Walaupun
kini aku sedang berada di puncak karierku sebagai seketaris direktur di
salah satu perusahaan ternama, Aku tetap menghormati suamiku. Apalagi
usia kami yang tepaut cukup jauh yaitu 9 tahun. Penghasilan suamiku yang
jauh lebih kecil, tidak menjadikan-ku istri yang membangkang. Kehidupan
keluarga kami cukup harmonis dan sudah dikaruniai seorang anak
laki-laki.
Sudah
hampir dua tahun belakangan ini, aku diangkat sebagai seketaris dari
direktur utama di perusahaan trempat-ku bekerja. Aku memang termasuk
wanita yang rajin dan ulet dalam bekerja, oleh karena itu Pak Simon
mengangkatku sebagai seketaris-nya langsung.
Pekerjaan-ku
sebenarnya tidaklah terlalu sulit, hanya membantu mengatur dan mengurus
segala keperluan administrasi dari Pak Simon. Namun profesi ini
mewajibkan-ku untuk selalu ikut kemana-pun Pak Simon pergi mengurusi
perusahaan, oleh karena itu profesi ini sungguh menyita waktu-ku.
Tentunya
aku terlebih dahulu meminta pendapat suamiku, sebelum menyetujui
pengangkatan jabatan tersebut. Dan untung-nya suamiku sangat pengertian
dan memaklumi bila terkadang aku harus pulang malam atau pergi
keluarkota bersama Pak Simon karena meeting atau pertemuan bisnis.
Pak
Simon adalah pria paruh baya keturunan, berusia 48 tahun. Dengan kulit
yang putih dan mata yang sipit membuat siapa saja yang melihatnya
langsung tahu kalau dia adalah pria keturunan. Walaupun terkenal dengan
pribdi yang tegas, sebenarnya Pak Simon adalah orang yang cukup humoris
dan asik untuk diajak komunikasi. Candaan-nya yang apa adanya serta
tawanya yang khas, seringkali menghiburku saat penat bekerja.
Sebenarnya
penampilan Pak Simon tergolong biasa layaknya bos, dengan rambut yang
selalu disisir ke samping dan klimis, perut buncit yang terlihat lucu di
tubuh pendeknya. Pakaian mahal dan jam mahal selalu menempel di
tubuhnya.
Pak
Simon memang sangat menghormatiku sebagai wanita berhijab, dan tidak
pernah melakukan hal yang kurang ajar kepadaku. Walau kadang becandaan
kami sering menyerempet-nyerempet ke arah Fulgar, itu pun masih dalam
batas wajar layaknya obrolan antara orang dewasa.
Hingga
saat ini, pagi ini aku langsung sibuk merapihkan pakaian ke dalam
koper. Tentu saja setelah selesai dengan kewajiban pagi-ku untuk
melayani suamiku dan anak-ku yang tengah bersiap pergi kerja dan
bersekolah.
“Mah.. jadi pergi ke Bali?” Tanya suami-ku yang kembali masuk kamar setelah mengantar anak-ku untuk naik jemputan sekolah.
“Jadi Pah.. paling dua sampai tiga hari aja kok sayang” Jawab-ku sambil terus merapihkan isi koper di atas tempat tidur.
“Jangan diforsir kerjanya yah mah!!” Ujar Suamiku yang kini duduk pinggir tempat tidur.
Melihat
suamiku yang sepertinya agak berat untuk melepas aku pergi, aku pun
duduk dipangkuannya dan melingkarkan tangan-ku di lehernya.“Iya Pah..
Papah juga jangan lupa makan yah” Ucapku manja.
Aku
saat ini memang belum mengenakan hijab-ku dan hanya mengenakan tangtop
putih dan celana kerja panjang bahan yang senada dengan blazer coklat
yang nanti akan aku kenakan untuk menutupi bagian atas tubuh-ku.
“Papah
mau..kok liatin nenen mamah gitu?” Tanya-ku manja karena melihat
pandangan suamiku yang terus menatap belahan di atas tangtopku.
“Pakaian kamu kok seperti itu mah?”
“Iya.. kan nanti ditutup blazer dan kerudung pah”
“Udah ah jangan diliatin terus nanti kita telat” Ujar-ku yang langsung bangkit dan mengenakan blazer seta penutup kepala.
Kami
pun berangkat ke tujuan masin-masing. Singkat cerita setelah janjian
bertemu di Air port, Aku dan Pak Simon pun langsung terbang ke Bali.
Sebenarnya aku cukup senang jika harus berkerja menemani Pak Simon ke
luarkota, karena bisa jalan-jalan geratis dan menjadikan pekerjaan tidak
membosankan.
Seperti
biasa setelah kami check in di salah satu hotel bintang lima, kami
langsung berangkat untuk meeting di salah satu cabang perusaan disana.
Dan baru kembali ke hotel setelah acara makan malam bersama karyawan dan
jajaran direksi di sana.
Tentu
saja kami menginap di kamar hotel yang berbeda namun bersebelahan.
Setelah mandi dan merapihkan beberapa dokumen. Aku menyempatkan diri
untuk mengubungi anak dan suamiku. Tak beberapa lama kemudian Pak Simon
menelefon untuk membahas jadwal besok.
Setelah
kembali mengenakan pakaian yang sedikit santai, aku pun turun menyusul
Pak Simon yang telah siap menunggu di lobi hotel. Dan akupun ikut duduk
dan mulai menjelaskan beberapa rincian pekerjaan yang akan dikerjakan
selama di Bali.
“Hmm..
sepertinya akan sibuk kita Zaskia” Ujar Pak Simon yang hendak
menyeruput secangkir expresso. Pak Simon memang terbiasa memanggilku
Kia, mungkin agar lebih akrab dan tentu saja aku tidak mempermasalahkan
hal tersebut. Toh umur kami memang tepaut cukup jauh.
“Iya pak.. Walau cabang kecil tapi transaksi disini cukup ramai” Jawab-ku
“Bisa gak sempat saya jalan-jalan sambil liat-liat cewek disini..Hahaha” Ucap-nya santai sambil diikuti tawanya yang khas.
“Kan bisa liat saya pak..” Jawab-ku mengikuti candaan-nya.
“Bosen ah..Hahahahha”
Tawa
kami pun meledak seketika, memang tidak aneh bagiku dan Pak Simon untuk
bercanda seperti ini. Obrolan kami pun berlanjut dengan bahasan yang
lebih santai dan banyak diselingi candaan dan tawa.
Setelah
selesai berdikusi dan melepas penat, kami pun kembali ke kamar
masing-masing. Setibanya di kamar akupun langsung membersihkan diri dan
berganti baju tidur. Tak berapa lama memejamkan mata, tiba-tiba aku
terbangun karena mendengar televise yang tiba-tiba menyala.
Aku
pun kaget karena melihat remote yang masih tergeletak di atas meja
kecil disampingku. Awalnya aku hanya menganggap ini adalah kebetulan dan
kembali mematikan televise tersebut dan kembali memejamkan mataku.
Namun kembali aku terbangun akibat suara televise yang kembali menyala.
Aku
yang memang penakut sejak kecil, mulai merasa takut. Ku pandangi
seluaruh isi hotel yang tiba-tiba terlihat seram. Mungkin karena aku
yang penakut, aku mulai merasakan bulu kuduku merinding. Dengan cepat
aku raih handphone di samping tempat tidurku dan menelefon suamiku.
Namun setelah beberapa kali panggilan, tidak ada juga jawaban dari
suamiku.
Semakin
lama rasa takut-ku semakin menjadi-jadi, dan aku tidak bisa tidur. Ku
lihat jam di meja sudah menunjukan jam 00.30, namun aku juga belum bisa
tidur karena masih dilanda rasa takut. Tidak biasanya aku mengalami hal
ini, kali ini memang sungguh lain.
Sampai
akhirnya aku memutuskan untuk menelepon Pak Simon yang berada
disebelah-ku. Aku sadar betul kalau itu akan mengganggu waktu
istirahatnya, namun aku sudah tidak punya jalan lain.
“Halo.. Ada apa Zaskia?, tengah malam begini…” Tanya suara yang berasal dari handphone-ku
“Eh..anu
Pak.. Bapak sudah tidur? Maaf nih saya jadi ganggu.. Begini pak..” Aku
pun mulai menjelaskan kejadian yang baru saja aku alamai dan alasan-ku
meneleponnya tengah malam begini.
“Kamu kebanyakan nonton film horror saja Zaskia.. “ Ujar Pak Simon menenangkan-ku dengan nada sudara mengantuk.
“Tapi pak.. saya tidak berani sendirian dikamar..”
“Lalu..?
“Eh..anu pak.. kalau boleh saya numpang tidur di kamar bapak malam ini saja.. “ Pinta-ku memohon.
“Yasudah.. kalau kamu mau-nya begitu”
“Eh.. boleh pak?”
“Sudah.. cepat kalau mau kesini.. saya mengantuk sekali”
“Ba…baik pak”
Setelah
menutup telepon aku pun langsung memakai kembali pakaian dalam yang
sempat-ku lepas sebelum tidur. Karena tanpa Bh, putting payudaraku akan
terlihat menonjol di balik dasater tipis yang kini aku kenakan. Tidak
lupa aku kembali mengenakan penutup kepala dan sweater untuk menutupi
lengan-ku yang tidak tertutupi daster tanpa lengan.
Dan
aku pun membunyikan bell kamar Pak Simon, dengan wajah mengantuk Pak
simon yang saat itu mengenakan kaus putih polos dan celana pendek,
terlihat sedikit terbengong melihatku saat membuka pintu. Mungkin karena
wajah-ku yang tanpa make-up fikirku.
Setelah
mempersilahkan aku masuk Pak Simon langsung mengunci kembali pintu
kamarnya.“ Kamu nih tumben ketakutan, tidak seperti biasanya” Ujar Pak
Simon
“Maaf Pak.. saya juga heran.. sepertinya ada yang aneh dengan kamar itu”
“Sudah-sudah.. sekarang lebih baik kamu tidur, karena besok jadwal kita masih sibuk”
“Eh..iya pak” Jawab-ku yang menjadi meraasa tidak enak sendiri, dan masih berdiri terpaku di kamar Pak Simon.
Setelah
rasa takut-ku perlahan mulai menghilang, tiba-tiba aku tersadar kalau
kini aku harus tidur seranjang dengan Bos-ku. Tapi biarlah ini lebih
baik dari pada tidak bisa tidur semalaman, lagian Pak Simon tidak pernah
bersikap kurang ajar dan selalu menghormatiku sebagai seketaris-nya.
Dengan
mencoba berfikir positif aku mulai merebahkan diriku disamping Pak
Simon yang sudah terlebih dahulu tidur membelakangiku. Baru kali ini aku
merasakan tidur seranjang dengan pria yang bukan suamiku. Walaupun
keberadaan Pak Simon membantu menghilangkan rasa takut-ku, namun
perasaan adanya pria lain disamping-ku sunggu tidak bisa ku hilangkan
begitu saja.
“Zaskia.. Kamu sudah tidur?” Tanya Pak Simon yang tidur membelakangiku.
“Be..belum..” Jawab-ku.
Mendengar jawaban dariku, tiba-tiba Pak Simon membalikan badannya kearah-ku. “Kamu masih takut?” Tanya-nya dengan lembut.
“Ti..tidak
Pak.. Saya hanya menjadi tidak enak mengganggu bapak malam-malam
begini” Jawab-ku sambil menoleh kearahnya. Tentu saja aku berbohong
karena bukan itu alasan utama aku belum juga bisa memejamkan mata-ku.
“Kenapa harus tidak enak..saya malah senang bisa ditemani kamu” Jawab Pak simon
“Maksud Bapak?” Tanya-ku tidak mengerti.
“Yah.. ini seperti mimpi jadi kenyataan” Ujar Pak Simon dengan tatapan penuh arti.
“Maaf pak.. saya tidak mengerti maksud Bapak”
“Zaskia.. kalau boleh saya jujur, Saya sangat senang dengan cara kerja kamu yang rajin dan ulet. Tapi…”
“Tapi pa pak?”
“Hmm..
“ Pak Simon pun menghela nafas panjang.. “Begini loh Zas.. sudah hampir
dua tahun belakangan ini waktu banyak menghabiskan waktu bersama kamu..
Entah mengapa saya semakin lama semakin mengagumi mu” Ujar Pak Simon
dengan lembut.
“Maaf
Pak.. saya masih tidak mengerti maksud perkataan Bapak.”Perkataan Pak
Simon membuatku sunggu tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk
menanggapi kata-katanya.
“Kamu
cantik Zaskia, pintar, rajin, jujur dan senang tiasa menemani saya…
Jujur saja sebagai pria normal saya mulai menaruh perasaan kepadamu.”
Mendengar
pujian dan pengakuan Pak Simon yang terlihat tulus, membuatku merasa
kaget. Walau sebenarnya diriku juga mengagumi sosok Pak Simon yang tegas
dan berwibawa, namun itu hanya sebatas sebagai atasan dan panutan.
Sehingga pengakuan Pak Simon tentang perasaannya kepadaku sunggu
membuatku terkejut dan tidak tahu harus bagaimana.
Sebenarnya
bisa saja aku menamparnya dan menolak perasaanya, karena setatus kami
yang bukan lagi single. Namun aku benar-benar bingung harus merespon
seperti apa. Bukan karena setatusnya sebagai atasan-ku, sehingga aku
takut akan dipecat bila menolah dan memakinya saat ini. Namun Pak Simon
terlalu baik dan bayak berjasa untukku, dan aku sama sekali tidak ingin
menyakitinya.
“Pak..
Saya mengerti.. mungkin ini karena kita yang sudah sering bersama, saya
rasa itu hal yang wajar karena saya juga mengagumi bapak, namun Bapak
kan tahu kalau saya sudah memiliki suami dan anak, begitupun dengan
bapak” Jelas-ku dengan sangat hati-hati.
“Iya..
Kia saya juga berfikir demikian, terima kasih kamu sudah tidak marah
dan mau mengerti.. Maafkan kelancangan saya” Balas Pak Simon
“Tidak
perlu minta maaf pak.. Mungkin saya yang sebaiknya lebih menyadari
posisi saya dan mulai menjaga jarak dengan Bapak” Ujar-ku merasa
bersalah melihat ekspesi wajah Pak Simon.
“jangan-jangan,.. Menjaga jarak hanya akan membuat saya merasa bersalah dan lebih menyesal..”
“Baiklah Pak.. Saya mohon maaf karena tidak bisa membalas kebaikan perasaan Bapak”
“Tidak apa-apa Zaskia. Itu salah saya yang tidak bisa menahan diri terhadap wanita sebaik dan secantik kamu..”
Jujur
saja pujian yang terus Pak Simon ucapkan, entah mengapa begitu mengena
dihatiku. Dan hati kecilku malah merasa bersalah karena menolak perasaan
Pak Simon.
“Zaskia.. Boleh saya meminta sesuatu yang sepertinya agak berlebihan?” Tanya Pak Simon dengan tatapan yang dalam.
“Meminta apa pak.. ? kalau saya bisa pasti akan saya akan saya lakukan”
“Boleh saya melihat-mu tanpa mengenakan penutup kepala?” Mohon Pak Simon memelas.
Entah
mengapa walau tahu betul itu adalah sebuah permintaan yang tidak layak
diucapkan kepada wanita berhijab sepertiku. Aku sunggu tidak bisa
membuat Pak Simon lebih kecewa dan menetapkan diri untuk memenuhi
permintaannya.
“I..ya..bo..boleh..” Jawab-ku dengan sedikit gemetar
Aku
pun bangkit terduduk dihadapan Pak Simon yang terus menatapku. Dengan
jantung berdebar, pelahan akupun meraih ujung penutup kepalaku dan
menariknya melewati leher jenjangku yang mulus dan putih.
Setelah
penutup kepalaku terlepas, aku melihat wajah Pak Simon yang terlihat
terpesona menatapku. Seketika aku merasa pipiku panas menahan malu,
karena belum ada pria lain selain ayah dan suamiku yang melihatku tanpa
penutup kepala. Kini Pak Simon pasti sudah dapat melihat rambut hitam-ku
yang selalu dipotong sebatas punduk.
“Kamu cantik Zaskia.. sungguh benar-benar cantik” Puji Pak Simon
“Jangan dilihatin terus pak, saya malu..”
“Maafkan Bapak Zaskia, tapi kamu benar-benar cantik… Boleh Saya menecup kening-mu sebagai tanda sayang?”
Aku
yang mulai terbuai dengan pujiannya, hanya mampu mengangguk lemah dan
tidak mampu menolak permintaanya. Dengan perlahan Pak Simon bangkit dan
menatap wajah-ku dalam-dalam.
Dengan
amat perlahan Pak Simon mengarahkan wajahnya mendekati wajah-ku.
Sementara aku hanya mampu terpejam pasrah. “CUP” Aku pun merasakan
sebuah kecupan yang penuh dengan kasih sayang di keningku. Bibir Pak
Simon terasa begitu basah di dahiku.
“Terima kasih Zaskia.. Saya senang sekali saat ini.. “
Sasat membuka mataku, aku dapat melihat raut bahagia Pak Simon, yang terpampang di hadapan-ku.
“Kita tidur saja Zaskia.. besok kita harus bangun pagi..”
Aku
pun kembali merebahkan tubuhku yang masih terasa gemetar. Dengan
sengaja aku tidak mengenakan kembali penutup kepalaku. Aku berfikir
mungkin itu bisa membalas sedikit rasa bersalahku karena telah menolak
perasaan Pak Simon, yang selalu baik terhadap-ku.
Kami
pun tidur dengan saling berhadapan, aku dapat melihat jelas kalau mata
Pak Simon terus memandangi wajah-ku. Sampai entah kenapa ide itu muncul.
“Pak.. Kalau bapak mau.. bapak boleh kok pegang tangan saya”
“Benar boleh Kia?” Tanyanya memastikan apa yang aku ucapkan.
Aku pun mengangguk sambil tersenyum.“Iya boleh…”
Dengan
amat lembut aku merasakan, jemari gemuk tangan Pak Simon mulai
menggenggam tangan-ku. Entah kenapa aku langsung merasakan kenyamanan
ketika tangan Pak Simon menggenggam tangan-ku, dan akupun tanpa sadar
tertidur lelap.
Esok
paginya aku terbangun lebih dulu, walaupun sempat kaget saat melihat
pria lain yang tidur disampingku. Dengan perlahan aku melepaskan
tangan-ku yang masih berada di genggaman tangn Pak Simon.
“Kamu sudah bangun Zaskia?” Tanya Pak Simon yang ikut terbangun.
“Su..sudah pagi pak.. saya mau kembali ke kamar untuk bersiap-siap”
“Yasudah.. nanti saya tunggu di bawah..” Balas Pak simon.
Dengan
segera aku bangkit dan kembali kekamar-ku untuk mandi dan bersiap-siap.
Tidak lupa aku memberikabar kepada suami-ku. Aku sungguh bersyukur
karena tadi malam tidak terjadi apa-apa, walau kata-kata Pak Simon masih
terngiang di fikiranku.
Setelah
mandi dan siap-siap aku pun segera turun ke lobi untuk menyusul Pak
Simon. Dan seperti biasa dia sudah siap menunggu di lobi.
“CUP” … “kamu cantik sekali pagi ini Zaskia..” Ucap Pak Simon yang tiba-tiba mengecup pipi-ku.
Walau
sedikit terkejut menerima perlakuan yang sedikit berani dari Pak Simon.
Aku merasa tidak keberatan dan membalasnya dengan sebuah seneyuman
manis.
“Bapak…Bikin kaget saja.. gak enak nanti diliat orang ..” Ucap-ku
“Hahahha… Sudah-sudah.. mari kita berangkat”
Kami
pun kembali melanjutkan pekerjaan kami disana. Namun setelah malam itu,
perlakuan Pak Simon kepadaku sedikit berubah. Aku merasakan kalau Pak
Simon menjadi lebih perhatian ketimbang biasanya. Dan selalu melemparkan
senyum ketika kami saling pandang. Walaupun sedikit merasa aneh, aku
tidak ingin terlalu mengambil pusing, dan berusaha bersikap wajar
seperti bisa. Bahkan sesekali Pak Simon berani merangkul pinggangku yang
langsing, tentu saja aku menepisnya sehalus mungkin.
Setelah
selesai dengan segala urusan pekerjaan, Kami pun kembali ke hotel. Sore
itu Aku, aku langsung meminta untuk pindah kamar, namun sayang semua
kamar sudah penuh karena wisatawan di bali sedang ramai saat ini. Jadi
mau tidak mau aku harus kembali bermalam di kamar-ku semalam.
Dengan
sedikit rasa takut, aku memberanikan diri untuk sekedar membersihkan
diri dengan mandi dan berganti pakaian. Seperti biasa aku dan Pak Simon
makan bersama di restoran hotel. Dam setelah itu kami pun kembali ke
kamar masing-masing.
“Zaskia.. Kalau kamu takut.. kamu boleh menginap dikamar saya lagi..”
“Oh..
yang benar Pak..?.. Jujur saja saya juga masih takut tidur di kamar
ini..” Jawab-ku yang sedari tadi mengharapkan kalimat itu terucap dari
Pak Simon.
Setelah
menghubungi anak dan suamiku, aku bersiap untuk pindah ke kamar Pak
Simon.Dan entah mengapa aku ingin berpenampilan baik di depan Pak Simon,
oleh karena itu aku menyempatkan diri untuk sekedar bercermin melihat
penampilanku. Ku lihat wajah-ku yang terap cantik tanpa makeup. Dan aku
pun mengenakan pakaian yang sedikit memamerkan bnentuk tubuhku. Entah
mengapa aku begitu senang ketika Pak Simon memuji penampilanku.
Dengan
tetap mengenakan penutup kepala model santai. Aku kini mengenakan
sebuah legging panjang hitam dan kaus putih berlengan panjang. Tidak
lupa aku mengenakan parfum.
Setelah
sampai didepan pintu kamar Pak Simon akupun langsung menekan bell, yang
langsung disambut dengan membukakan pintu kamarnya.
“Mau nginap sama Bapak lagi Zaskia..” Ledeknya.
“Maaf yah pak.. ngerepotin terus” Ujar-ku memasang wajah bersalah
“Sudah-sudah.. silahkan masuk”
Aku
pun masuk ke dalam kamar Pak Simon. Sebenarnya aku sadar betul kalau
tidak pantas bagi seorang wanita dewasa bersuami sepertiku harus
berduaan dengan atasannya. Namun dengan mengatas namakan rasa takut
tidur sendiri aku mencoba membenarkan apa yang aku lakukan ini.
“Kalau bapak merasa terganggu saya tidak apa-apa kok tidur di sofa..” Ujar-ku yang merasa tidak enak.
“Gak apa-apa kok… nih kamu mau susu cokelat panas?“ Ucap Pak Simon sambil menyodorkan segelas cokelat panas ke padaku.
“Te..terima kasih pak” Aku pun meraih cokelat panas tersebut dan mulai meminumnya.
Denga
ditemani segelas susu panas kami pun mulai berbincang-bincang sambil
duduk diatas tempat tidur. Dan beberapa kali aku mendapati mata Pak
Simon yang terus mencuri-curi pandang ke arah dadaku yang sedikit
tertutup penutup kepala. Entah mengapa aku malah merasa senang saat Pak
Simon memperhatikan tubuh-ku.Dan entah setan dari mana tiba-tiba aku pun
mulai gelap mata.
“Pak.. Bapak mau liat ini?” Tanya-ku sambil menunjuk payudaraku.
“Ehh.. saya ti..tidak bermaksud..” Jawab Pak Simon gelagapan
“Maaf..
Pak.. dari tadi saya lihat mata bapak ngelirik ke dada saya terus..
Kalau bapak mau liat bilang saja.. asal tidak perlu melepas pakaian,
saya tidak keberatan kok”
“Ka..kamu serius Zaskia..?”
“He..em” Jawab-ku menganggukan kepala
“Boleh saya?”
“Tapi liat dari luar aja loh pak” Ujar-ku sambil mengangkat penutup kepala yang menutupi bagian dadaku.
Pak
Simon pun mulai menatap langsung ke arah payudaraku yang hanya bebalut
kaus tipis dan Bh didalam-nya. Dengan melihat ekspresi wajah Pak Simon,
Aku-pun mulai merasakan sensasi rasa malu bercampur rasa aneh yang terus
mendorongku
“Zaskia
walaupun hanya melihat dari luar.. sudah dari lama saya mencuri-curi
pandang untuk melihat payudaramu… ini seperti mimpi saja” Ucap-nya
senang.
Akupun melihat Pak Simon mulai mengarahkan tangannya ke depan payudarahku. “boleh saya…?”
aku
pun hanya bisa mengangguk kecil, Degan perlahan tangan tersebut semakin
mendekati payudara-ku. Aku yang tidak kuat menahan rasa malu, hanya
mampu terpejam menunggu sentuhan tangan Pak Simon.
Dan
akhirnya akupun dapat merasakan tangan Pak Simon menyentuh payudaraku.
Dengan lembut tangan tersebut mulai bergerilya mengusap-usap
payudara-ku. Rasa geli bercampur risih mulai menyelimutiku yang tidak
sanggu melihat apa yang terjadi dengan payudara-ku.
Lama-kelamaan,
usapan tersebut mulai berubah menjadi remasan lembut yang terasa begitu
nikmat. Dengan perlahan Pak Simon mulai merebahkan tubuhku yang
mendadak lemah ke atas kasur.
Dan
aku pun terkejut, ketika merasakan lumatan di bibir-ku. Dengan segera
aku membuka mataku, dan benar saja wajah Pak Simon berada tepat
dihadapan-ku sambil melumat bibir-ku dengan ganas.
Melihat
ekspesiku yang terkejut, Pak Simon pun tersentak menarik tubuhnya
menjauhiku.”Maafkan saya Zaskia, saya tidak bermaksud seperti ini”
Ucapnya dengan wajah bersalah.
“Bukan
Pak.. Ini bukan salah siapa-siapa. Semenjak bapak mengatakan perasaan
bapak kepada saya, saya sungguh merasa bersalah karena tidak bisa
memberikan yang terbaik untuk bapak. Padahal saya sadar kalau bapak
telah banyak membantu hidup saya.”
“Maksud kamu..?”
“Iya
Pak, Saya sangat mengagumi sosok bapak sebagai atasan saya, saya
sungguh tidak ingin membuat Bapak kecewa. Bahkan bila harus memberikan
tubuh saya”
“Zaskia Adya Meca..” Panggil Pak Simon dengan yang masih tidak percaya dengan apa yang baru saja aku ucap-kan.
Dengan
senyum dan air mata yang mulai menetes di pipiku, aku memberanikan diri
meraih telapak tangan Pak Simon dan menaruhnya di payudaraku.”Maaf Pak,
biarkan seketaris mu ini untuk terus melayani anda, dan membalas segala
kebaikan Bapak” Ucap-ku dengan lirih dan air mata.
“Terima kasih Zaskia..” Ucap Pak Simon yang langsung mendekatkan dirinya kepadaku.
Dengan
perlahan dia langsung merangkul pundak-ku dan melumat bibir-ku.
Tangannya pun mulai meremas payudara-ku. Cumbuan Pak Simon mulai
membuat-ku terhanyut, dan merespon dengan membuka bibir-ku, membiarkan
lidah-nya yang basah bermain di dalam mulut-ku.
Sampai
tiba-tiba aku merasakan tangan gemuk Pak Simon terus turun dan meraih
bagian bawah tubuh-ku. Aku pun terkejut dan langsung melepaskan
ciuman-nya serta menahan pergelangan tangan Pak Simon, “Pak saya mohon,
jagan lebih dari ini..” pinta-ku.
“Maaf Zaskia.. tapi saya sangat ingin melihat keindahan dibalik tubuh-mu yang selalu tertutup”
Ucapan
Pak Simon membuatku yang sudah mulai dilanda biarahi , menjadi bimbang.
Walaupun telah memberikan kesempatan kepada Pak simon untuk
menjamah-ku. Tapi maksudku tidak lebih dari ini. Aku sangat hawatir
kalau ini akan semakin membuatku terbawa.
“Pak saya mohon jangan, saya tidak ingin menghianati suami saya lebih dari ini” Jelas-ku mencoba mengelak.
“Baik Zaskia, tapi saya sudah sangat bernafsu saat ini.. “ Ujar Pak Simon memelas.
Fikiran-ku
pun kembali berkecambuk, sebenarnya cumbuan Pak Simon. Aku pun mulai
terdiam membisu karena tidak tahu harus berbuat apa. Namun Pak Simon
terus saja merayuku dengan segala cara,di mengatakan kalau hany ingin
menggesekan penisnya di vaginaku dan hanya sebatas itu.
“Tapi saya ingin melepas Bh saya” Paling tidak payudara-ku masih bisa ku jaga fikir-ku.
“Baik Kia.. silahkan buka penutup kepala dan pakaian-mu.” Perintah-nya tidak sabar.
Aku
pun bangkit dari tempat tidur, dan mulai melepaskan penutup kepala dan
pakaian-ku. Hingga terpampanglah tubuh mulus putih-ku yang selama ini
terus ku tutupi dibalik pakaian-ku yang tertutup.
Sambil
berusaha menutupi kedua payudara dan pangkal pahaku yang tentu saja
percuma. Aku pun merebahkan tubuhku ke atas tempat tidur. Dengan gemetar
aku menunggu Pak Simon yang saat ini terlihat sedang begitu menikmat
memandangi setiap inci tubuh-ku.
“Kamu memang sangat cantik Zaskia.. Sudah saya duga tubuh-mu begitu bersih dan mulus” Ucapnya tanpa berkedip.
“Cepat Pak selesaikan…” Pinta-ku yang sekuat tenaga menahan rasa malu dan jantungku yang terus berdebar kencang.
Pak
Simon pun mendekatkan tubuhnya di sampingku, dan mengecup bibirku.
Setelah memberikan kecupan singkat dibibirku. Pak simon langsung
membenamkan kepalanya di sela payudaraku yang masih terutup BH putih.
Membuatu merasa kan sensasi geli, ketika bulu kasar di wajah pak Simon
menusuk-nusuk kulit payudara-ku.
Sementara
aku memutuskan untuk menutup kedua mataku, karena tidak kuasa menilhat
tubuh-ku dicumbu oleh pria lain selain suamiku. Sambil meremas erat
seprei tempat tidur, aku berusaha mengontrol diri ku, Karena kini aku
mulai merasakan kecupan Pak Simon yang terus turun dari Payudara hingga
kini di perut-ku.
Aku
yang tak kuasa menahan geli mulai menggeliat-kan tubuhku sambil tetap
memejamkan mata. Dan jantung-ku pun semakin berdebar kencang saat
merasakan ciuman Pak Simon kini mulai mengarah dan terus turun ke
pangkal paha-ku.
Setelah
sampai tepat di vagina-ku. AKu pun dapat mendengar suara endusan Pak
Simon yang menghirup nafas dalam-dalam menikmati aroma vagina-ku yang
sepertinya mulai basah.
“Punya
kamu wangi sekali Zaskia.. “ Ujar Pak Simon sambil sesekali memberikan
kecupan tepat di atas vagina-ku yang masih tertutup calana dalam tipis.
Sampai
tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang basah mullai menggelitik tepat di
vagina-ku yang tertutup celana dalam tipis, Dan bisa aku tebak itu
adalah lidah Pak Simon. Menerima rasa geli tersebut aku pun refleks
menjepit kepala Pak Simon dengan kedua pahaku, agar menghentikan gerakan
lidahnya yang semakin terasa geli bercampur nikmat.
Dengan
perlahan aku dapat merasakan kedua tangan gemuk Pak simon meraih
pinggiran celana dalam-ku. Mengerti apa yang akan dia lakukan aku pun
mulai meringis sambil terpejam, dengan kedua tanganku semakin kuat
meremas seprai.
Perlahan-lahan
aku pun mulai merasakan celana dalam-ku terus turun melewati kakiku.
Rasa dingin udara AC kamar pun mulai terasa membelai vagina-ku yang
basah. Dan setelah berhasi meloloskan celana dalam-ku. Pak Simon
langsung menekuk kakiku dan membuatnya mengangkang.
Walaupun
dengan mata terpejam, aku tahu persis kalau kini vagina-ku yang
ditumbuhi bulu lebat telah terpampang jelas di hadapan Pak Simon. Dengan
segenap hati aku pun mempersiapkan diri-ku untuk menerima apa yang akan
Pak Simon lakukan dengan vagina-ku.
Sampai
cukup lama aku merasakan dinginnya Ac di vagina-ku, namun belum ada
pergerakan dari Pak Simon. Karena merasa heran aku pun mencoba
perlahan-lahan membuka mata-ku untuk melihat posisi Pak Simon.
Alangkah
terkejutnya aku, ketika melihat Pak Simon yang ternyata baru saja
melepaskan celana dalam, yang menjadi satu-satunya pakaian terakhir
ditubuhnya. Kini Aku pun Dapat melihat tubuh Gemuk Pak Simon telah
telanjang bulat. Di antara lipatan perut dan pahanya, aku dapat melihat
penis Pak Simon yang terlihat ereksi maksimal namun masih jauh lebih
kecil dibandingkan kepunyaan suamiku.
Dengan
perlahan aku melihat Pak Simon mengarahkan penisnya ke depan bibir
vagina-ku yang kini terpampang jelas karena posisiku yang mengangkan.
“Pak..
Saya mohon, Hanya digesek saja.. tidak lebih” Pinta-ku yang panik
ketika melihat penis kecil Pak Simon semakin mendekati vagina-ku.
Pak
Simon pun hanya membalas dengan anggukan kepala dan tatapan tajam kea
rah-ku. Aku pun kembali memejamkan mata-ku menunggu sentuhan penis Pak
Simon di vagina-ku. Sampai tiba-tiba aku merasakan sentuhan di vagina-ku
yang tentu saja itu adalah penis Pak Simon. Dengan lihai ia mulai
menggesek seluruh celah vagina-ku, bahkan tanpa sadar desahan mulai
keluar dari mulutku.
Aku
yang mulai menikmati gesekan penis Pak Simon, sudah tidak memperdulikan
lagi saat merasakan kepala penis Pak Simon sesekali hampir masuk
kedalam lubang vagina-ku. Bahkan tubuhku mulai merespon dengan
menggeliat-geliat merasakan sentuhan penis Pak Simon di vaginaku.
“Kia…?” Panggil Pak Simon sambil tetap menggesek penisnya di permukaan vagina-ku.
“AHh.. iya Pak.. bapak sudah mau keluar?” Jawab-ku lirih karena menikmati gesekan tersebut.
“Belum Kia.. saya ingin merasakan jepitan milikmu…” Ujar Pak Simon diselingi nafas yang memburu.
“Ki..Kia
juga mau pak, tapi Saya tidak ingin menghianati kepercayaan yang di
berikan suami saya..”jawab-ku yang sudah dilanda birahi
“Sudah
terlambat Zaskia.. kita sudah sampai sejauh ini.. Dan lagi saya jamin,
ini sama sekali tidak akakn merusak rumah tanggamu..” Rayu Pak Simon
sambil mulai menusuk-nusukan penisnya di lubang vagina-ku.
Sementara
aku diam dan mencoba berfikir, Aku dapat merasakan penis Pak Simon
terus bergerak masuk kedalam vaginaku. Memberikan berjuta rasa nikmat di
setiap permukaan dinding vaginaku.
“Zaskia.. bagainama…boleh saya?” Tanya Pak Simon lagi
“Bagaimana apanya pak.. punya bapak sudah masuk.. mau bagaimana lagi..”Jawab-ku yang hanya bisa pasrah
Mendengar
jawaban ku, Pak Simon hanya tersenyum dan mulai menggerakan penisnya di
dalam vagina-ku. Aku yang sudah terjebak sampai sejauh ini pun mulai
mencoba menikmati bersetubuhan terlarang ini. Dengan tanpa ragu-ragu
lagi desahan dan jeritan mulai keluar dari mulutku, mengiringi hentakan
penis Pak Simon yang semakin bernafsu.
Tangan
gemuk Pak Simon pun mulai menggapai tali Bh-ku..” Boleh saya lihat
tubuh indahmu sutuhnya Zaskia” Dengan cepat aku pun mengerti kalai dia
ingin aku melepas BH yang kini menjadi satu-satunya penutup tubuhku.
Setelah
memberi respon dengan anggukan, aku pun mulai meraih pengait Bh di
pundaku. Dengan perlahan aku pun mulai melepaskan Bh-ku. Membuat Pak
Simon terlihat begitu terpesona menatap ke arah payudaraku yang kini
terpampang bebas di hadapannya. Sementara rasa malu karena bertelanjang
bulat di depan atasan-ku, malah membuat vagina-ku semakin basah.
“Payudara kamu indah sekali Zaskia” Racu Pak Simon menatap kagum kea rah tubuh telanjang-ku yang selalu tertutup.
Dengan
ganas Pak Simon langsung menghisap putting kecoklatan-ku yang menyembul
diantara payudara-ku. Lidah kasar dan basah Pak Simon mulai menggelitik
kulit putingku yang terasa semakin sensitif.
“awhhh… pak…yang satunya juga” Ujarku sambil menyodorkan payudaraku yang satunya.
Tentu
saja Pak Simon langsung merespon dengan berpindah menghisap putting-ku
yang satunya. Membuatku tidak kuasa menahan rasa geli bercampurnikmat,
hingga tanpa sadar kedua tangan-ku menjambak rambut Pak Simon agar dia
lebih lama bermain dengan putingku.
Aku
pun tak kuasa lagi menahan orgasmeku,
“AAAHHHKKKhhh…PAK..aku..aku..aahhhkkkkhh” Jeritku merasakan gelombang
orgasme yang begitu nikmat.
Sementara
Pak Simon pun malah mempercepat kocokan penisnya di vaginaku yang
terasa sensitif setelah orgasme. Dan “Croootttt….crooottt…crooottt…” Aku
pun merasakan beberapa semburan hangat di dinding vagina-ku.
Setelah
mengalami orgasme, tiba-tiba tubuh Pak simon yang penuh dengan keringat
ambruk ke atas ubuh-ku. Dengan perlahan penisnya yang semakin mengecil,
terlepas dari jepitan vagina-ku. Diikuti lelehan seperma yang mengalir
keluar dari dalam lubang vaginaku.
Setelah
kembali mengatur nafas kami, Aku pun merangkul lengan gemuk Pak Simon
dan mendekapnya diantara sela payudaraku yang basah oleh keringat.
Dengan sayu aku pandangi wajah penuh kepuasan dari atasanku itu.
Dengan
lembut Pak Simon mulai mengusap rambutku yang selalu tertutup hijab,
“terima kasih Zaskia..Sudah mau mengerti..” Ucap Pak Simon diikuti
kecupan di dahiku.
Entah
mengapa aku mulai meraih penis Pak Simon yang kini hanya sebesar Ibu
jari. “Pak.. Kia sayan sama Bapak… “ Ucap-ku sambil membelai penis kecil
Pak Simon.
“Saya juga sayang sama kamu Zaskia..”
Lengan
Pak Simon sungguh terasa empuk dan hangat di pelukan-ku, membuatku
merasa nyaman dan mulai tertidur . Biarlah apa yang akan terjadi
nantinya, aku hanya ingin menikmati kenyamanan yang aku rasakan saat
ini.
Pengalaman Zaskia Adya Meca“Dinas keluar kota”(SELESAI)
Sumber: www.tantejahat.club
0 Komentar